Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model Dan LKS

Berikut ini kami bagikan file Laporan PTK Mata Pelajaran Biologi dengan Judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model Dan LKS
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model Dan LKS
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model Dan LKS

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP-KONSEP BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA CHARTA, MODEL DAN LKS ……….. PADA SISWA
KELAS ………… NEGERI …………..
……………….
TAHUN

KARYA ILMIAH

OLEH
………………………………….
NIP : ……………….



DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN …………………..
………………. NEGERI ………………….

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH
BERJUDUL:


UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA, MODEL DAN LKS ……….. PADA SISWA KELAS ………… NEGERI …………..
………………. TAHUN

OLEH
………………………………….
NIP : ……………….


TELAH DISETUJUI

Kepala Dinas Pendidikan Ketua PGRI
Kabupaten ………………. Kabupaten ……………….



………………………………. ……………………………….
NIP. NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-konsep Biologi dengan Menggunakan Media Charta, Model dan LKS …… Pada Siswa Kelas ….. Tahun 2003/2004” ini, disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IV-b ke IV-c.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten ….
2. Yth. Ketua PD II PGRI Kabupaten ……
3. Yth. Rekan-rekan Guru ….. Negeri ……
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.


…….., Oktober 2003


Peneliti

ABSTRAK

……. 20. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model dan LKS ….. Pada Siswa Kelas II-2 ….. Tahun .

Kata kunci: biologi, media charta, model, LKS

Media pelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan media yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Pada penilaian ini pokok bahasan jaringan tumbuhan sehingga media yang dianggap cocok untuk membantu siswa memahami konsep itu adalah media charta, model dan LKS. Pemilihan media charta dan model diharapkan dapat membantu memberikan gambaran tentang struktur jaringan tumbuhan yang tentunya sulit untuk dilihat secara langsung pada benda aslinya. Sedangkan penggunaan media LKS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep jaringan tumbuhan yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan “Apakah pemanfaatan media berupa charta, model, dan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep biologi bagi siswa kelas …. Di …. Sedangkan tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep biologi dengan menggunakan media charta, model dan LKS di …
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ….. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (71,11%), siklus II (80,00%), siklus III (88,64%).
Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan media charta, model serta LKS dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Biologi.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
BAB  I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional Variabel
F. Batasan Masalah
BAB  II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
B. Proses Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam
C. Konsep Ilmu Pengetahuan Alam
D. Pengertian Media Pembelajaran
E. Media Model
F. Media Charta (Gambar)
G. Media LKS
H. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Keterampilan dalam
Proses Belajar Biologi
I. Motivasi Belajar 
J. Prestasi Belajar
BAB  III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB  IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Item Butir Soal
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
C. Pembahasan
BAB  V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:3).
Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto, 1988:2). Tujuan instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan kemudian dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran Biologi di Sekolah Lanjutan, khususnya di …… masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran Biologi, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep biologi tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran biologi dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak  Oleh sebab itu penggunaan media pembelajaran dirasa sangat penting  untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep biologi.
Media pelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan media yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Pada penilaian ini pokok bahasan jaringan  tumbuhan sehingga media yang dianggap cocok untuk membantu siswa memahami konsep itu adalah media charta, model dan LKS. Pemilihan media charta dan model diharapkan dapat membantu memberikan gambaran tentang struktur jaringan tumbuhan yang tentunya sulit untuk dilihat secara langsung pada benda aslinya. Sedangkan penggunaan media LKS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep jaringan tumbuhan yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-konsep Biologi Dengan Menggunakan Media Charta, Model dan LKS Pada Siswa Kelas ….. Tahun Pelajaran 2003/2004”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pemanfaatan media berupa charta, model, dan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep biologi bagi siswa kelas ….

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep biologi dengan menggunakan media charta, model dan LKS …

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep biologi dengan menggunakan media charta, model dan LKS.
2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan media charta sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu alternatif cara pembelajaran biologi pada siswa dengan pemanfaatan media pengajaran dalam mencapai tujuan instruksional.

E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Media pendidikan adalah:
Alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Hamalik (1994:11)
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.



E. Batasan Masalah
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini charta, model, dan LKS
2. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas …. tahun pelajaran 2003/2004
3. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2003/2004
4. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan jaringan tumbuhan

BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan ilmu pengetahuan alam tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat ilmu pengetahuan alam.
Secara rinci hakikat ilmu pengetahuan alam menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002:7) adalah sebagai berikut:
1. Kualitas, pada dasarnya konsep-konsep ilmu pengetahuan alam selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan eksperimen, merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan alam secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi), merupakan salah satu asumsi penting dalam ilmu pengetahuan alam bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif, artinya ilmu pengetahuan alam itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses: tahapan-tahapan yang dilalu dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.
5. Universalitas: kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan alam konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

B. Proses Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, prosese belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran ilmu pengetahuan alam.


C. Konsep Ilmu Pengetahuan Alam
1. Pengertian Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dapat dideskripsikan melalui definisi contoh dan bukan contoh, sifat-sifat atau super ordinat, sub ordinat yang dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain (Widoko, 2001:2).
Menurut Rosser (dalam Achmadi, 1996:4) bahwa konsep adalah suatu obyek abstraksi yang mempunyai atribut-atribut yang sama.
Menurut Hamalik (2002:132) konsep adalah suatu obyek, peristiwa atau orang yang memiliki ciri-ciri umum konsep menunjuk pada “Nama” tertentu misalnya buku, siswa dan lain-lain. Jadi konsep adalah sesuatu yang sangar luar, yang menunjukkan ciri-ciri umum objek yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu obyek yang mewakili kelas stimulus artinya suatu konsep telah dipelajari. Jika yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu. Oleh karena itu Ratna  Wilis (1988) dalam bukunya Achmadi menyatakan bahwa guru yang mengadakan kegiatan berupa konsep hendaknya mempunyai bagian-bagian antara lain: 1) Nama konsep; 2) Atribut-atribut dari konsep; 3) Definisi konsep; 4) Contoh-contoh; 5) Hubungan antar konsep-prinsip.
Menurut Flavail (dalam Achmadi, 1996:2-4) mengatakan bahwa konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuan dimensi, yaitu:

a. Atribut
Setiap konsep mempunyai jumlah atribut yang berbeda, atribut dapat berupa fisik seperti warna, tinggi, atau dapat jutga berupa fungsional.
b. Struktur
Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal. Konsep konjungtif adalah konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep. Konsep disjungtif adalah konsep-konsep dimana satu daru dua atau lebih sifat-sifat harus ada. Konsep rasional menyatakan hubungan utama antara atribut-atribut konsep.
c. Keabstrakan
Konsep itu adalah abstrak yang berdasarkan pada pengalaman dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman persis sama, maka konsep yang dibentuk orang juga tidak sama.
d. Keinklusifan
Keinklusifan suatu konsep dapat ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat di dalam konsep itu. Misalnya bagi seorang anak kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan tertentu yaitu kucing keluarga.

e. Generalisasi dan Keumuman
Bila diklasifikasikan konsep-konsep dapat dibedakan dalam posisi super ordinat dan sub ordinatnya, sehingga makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lain.
f. Ketepatan
Ketepatan suatu konsep menyangkut ada sekumpulan aturan yang membedakan contoh-contoh dan non-contoh suatu konsep.
g. Kekuatan (power)
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauhmana orang setuju, bahwa konsep itu penting.
2. Proses Pembentukan Konsep
Terbentuknya suatu konsep secara umum adalah diri individu dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara asimilasi dan cara akomodasi.
Adapun dari dua cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Cara asimilasi adalah informasi yang masuk ke otak akan diubah sehingga cocok dengan struktur yang ada dalam otak.
b. Cara akomodasi adalah penyesuaian struktur oleh otak terhadap pengamatan.
Dalam IPA, secara umum pembentukan konsep merupakan produk eksperimental. Oleh karena itu pembentukan konsep IPA tidak begitu saja dibentuk melalui informasi atau penjelasan. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang paling efektif untuk membentuk konsep IPA adalah melalui pengamatan secara langsung terhadap objeknya.
Cara pembentukan konsep secara khusus di atas tertuang dalam kurikulum …. tahun pelajaran 2003/2004 yang mengutamakan pengajaran ilmu pengetahuan alam harus dipilih metode yang dapat membangkitkan minat dan mengaktifkan siswa sehingga menimbulkan sikap yang mendukung terhadap proses belajar mengajar, seperti metode eksperimen, demonstrasi dan diskusi. Dengan metode ini diharapkan siswa menguasai konsep-konsep ilmu pengetahuan alam dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Penguasaan konsep ilmu pengetahuan alam
Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa diperlukan analisis konsep, yang meliputi:
a) Nama konsep
b) Ciri-ciri variabel dari konsep dan ciri-ciri kriteria konsep
c) Definisi konsep
d) Contoh-contoh konsep dan bukan dari konsep
e) Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain (Dahar, 1989:93)
Selanjutnya dalam tiga kegiatan belajar selalu akan menghasilkan perubahan khusus yang disebut hasil belajar. Dalam pelajaran IPA yang perlu dan penting untuk diingat antara lain:
a. Beberapa informasi verbal, yang mutlak diperlukan untuk belajar selanjutnya, misalkan nama hukum-hukum, konstanta-konstanta penting dalam IPA, dan konsep-konsep teoritis serta beberapa konsep penting yang didefinisikan.
b. Keterampilan intelektual, seperti mengklasifikasikan beberapa aturan, strategi memperoleh informasi: beberapa rumus penting, penyelesaian matematis, penggunaan peralatan dan sejenisnya (Wahyana, 1986:34-35).
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami betapa pentingnya penguasaan konsep IPA pada diri siswa selain itu dalam proses belajar mengajar IPA, guru hendaknya mengetahui perkembangan siswanya, terutama yang berkaitan dengan intelektual siswa sehingga guru dapat menyesuaikan bahan pelajaran yang hendak diajarkan dan cara mengajarkannya.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut:
a. Periode sensori motor (0-2 tahun)
Pada periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir seperti konsep-konsep ruang, waktu, berkembang dan tercermin ke dalam pola-pola perilaku anak.
b. Periode pra-operasional (2-7 tahun)
Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental anak pada tingkat pra-operasional tidak dapat berpikir reversible, mempunyai sifat egosentris yaitu sulit untuk menerima pendapat orang lain serta lebih memfokuskan diri pada aspek status tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari suatu keadaan kepada keadaan lain.
c. Periode operasional konkret (7-11 tahun)
Periode ini merupakan permulaan proses berpikir rasional yang berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode ini memiliki pengambilan keputusan secara logis.
d. Periode operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Pada periode ini anak akan dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membantu operasi-operasi yang lebih kompleks dan mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Dari teori perkembangan intelektual Piaget yang diuraikan di atas, siswa … tahun pelajaran 2003/2004 kelas … berada dalam periode operasional formal yang mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa yang dapat mencerminkan pengawasan konsep ilmu pengetahuan alam adalah meliputi kemampuan intelektual, mengklasifikasi, menghubungkan, menganalisis dan menerapkan konsep yang diajarkan untuk memecahkan masalah, soal, atau kejadian.
D. Pengertian Media Pendidikan
Menurut Hamalik (1994:11) media pendidikan adalah, “Alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Dari pengertian tentang media seperti itu, maka media pendidikan mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Media pendidikan identik artinya dengan peragaan, yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui panca indra kita.
2. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
3. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
4. Media pendidikan mengandung aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang erat pertaliannya dengan metode mengajar.

E. Media Model
Dalam mengajar tidak senantiasa dapat digunakan benda-benda yang sesungguhnya disebabkan berbagai faktor, karena itu digunakan benda-benda pengganti yang menggantikan benda yang sesungguhnya dalam bentuk sederhana, menghilangkan bagian yang kurang perlu serta menonjolkan bagian yang perlu saja, benda-benda demikian disebut model. Kelebihan dan kelemahan medial model menurut Wiryawan (1987:7-12) adalah:
1. Kelebihan media model
a. Tiga dimensi, konsepnya riel
b. Baik untuk situasi yang memerlukan pembesaran
c. Baik untuk situasi yang memerlukan pengecilan
d. Dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah dicapai
2. Kelemahan media model
a. Digunakan untuk siswa yang berjumlah sedikit
b. Kadang mudah rusak
c. Dapat memberikan anggapan yang salah terhadap ukuran

F. Media Charta (Gambar)
Gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik, sehingga dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Kelebihan dan kelemahan media charta menurut Wiryawan (1987:7-12) adalah:
1. Kelebihan media charta
a. Mudah disediakan
b. Tidak mahal
c. Dapat menggambarkan korelasi
d. Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata
e. Dapat digunakan untuk semua tingkat pengajaran dan bidang studi
2. Kelemahan media charta
a. Digunakan untuk siswa yang berjumlah sedikit
b. Dapat menimbulkan kesalah pahaman karena dua dimensi
c. Anak tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpretasikan) gambar

G. Media LKS
Pada pengajaran yang menggunakan LKS setiap siswa diberikan suatu perangkat unit belajar secara mandiri yang berupa lembar kegiatan yang disebut LKS. Menurut Hudoyo (1990:139) keuntungan dan kelemahan lembar kegiatan siswa (LKS) adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Media LKS
a. Siswa gemar menyelesaikan masalah yang didasarkan pada pengalamannya sendiri.
b. Prinsip psikologi terpenuhi yaitu konsep atau generalisasi berjalan dari yang konkrit ke yang abstrak.
c. Pengertian yang diperoleh secara mantap memungkinkan siswa mentransfer ke masalah lain yang relevan.
d. Tidak tergantung orang lain sehingga membantu pertumbuhan siswa.
e. Siswa dapat bekerja sama dalam arti pertukaran ide.
2. Kelemahan Media LKS
a. Memerlukan biaya yang cukup banyak karena untuk pembelian kertas sebanyak siswa yang ada.
b. Gambar pada LKS kurang begitu menarik atau bagus karena kebanyakan digambar pada kertas sheet sebelum digandakan.
c. Membutuhkan waktu yang lebih dari guru untuk memeriksa pekerjaan.

H. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Keterampilan dalam Proses Belajar Mengajar Biologi
1. Pengertian Pendekatan Konsep dan Keterampilan Proses
Tujuan pengajaran IPA (biologi) serta komponen-komponen yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar sebagaimana yang tercantum dalam GBPP, yaitu siswa memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah dengan dilandasi sikap dan nilai ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta-Nya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995:1). Pendekatan dalam KBM IPA mengacu pada konsepsi siswa tentang konsep-konsep yang diajarkan dapat dipahami, tersimpan laam dan dapat diterapkan baik dalam lingkungannya maupun dalam teknologi disebut pendekatan konsep (Dahar, 1989:69). Dengan pendekatan konsep pembelajaran akan lebih bermakna karena proses pembelajaran itu berdasarkan konsep yang sudah dimiliki siswa. Suatu pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa apabila konsep-konsep yang baru oleh siswa dapat dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilikinya sehingga konsep dapat dipahami dan tersimpan laam.
Ausubel pelopor teori belajar bermakna menyatakan bahwa kunci keberhasilan PBM adalah apa yang sudah dimiliki oleh siswa (dalam Dahar, 1989:69). Belajar mengajar adalah interaksi atau bersifat hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima, oleh sebab itu dalam pengajaran ilmu biologi hendaknya guru tidak menganggap bahwa siswa tidak memiliki konsep apa-apa dalam benak pikirannya mengenai materi yang akan diajarkan oleh guru, akan tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari tentunya siswa selalu interaksi dengan lingkungannya maka tentu siswa akan memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang akan diajarkan oleh guru. Oleh sebab itu dalam setiap interaksi belajar mengajar guru harus memperhatikan tentang unsur-unsur dalam proses belajar mengajar, yaitu:
- Tujuan yang hendak dicapai
- Siswa dan guru
- Bahan pelajaranMetode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar
- Penilaian yang fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh pencapaian tujuan

I. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapan untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antara lain:
1) Kompetisi (persaingan) guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat). Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujuan yang jelas. Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

J. Prestasi Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwadarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/ aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar IPA.

BAB  III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.  Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakamn kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk peneltiian kolaboratif dengan guru bidang studi, dan di dalam proses belajar mengajar dikelas yang bertindak sebagai pengajar adalah guru bidang studi sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah pengamat (peneliti). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas di mana peneliti secara penuh melibatkan guru bidang studi dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi, kehadiran peneliti sebagai pengamat diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yaitu penelitian yang mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di …….
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil 2003/2004.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas ….. pada jaringan tumbuhan.



B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan penelitian untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan  memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakuak berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing Rp berisi berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Biologi jaringan tumbuhan. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 42 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut:



a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
rxy =   (Arikunto, Suharsimi, 2001:72).

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
Y : Jumlah skor total
X : Jumlah skor butir soal
X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
XY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
r11 =   (Arikunto, Suharsimi, 2001:93).
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut realiabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
P =   (Arikunto, Suharsimi, 2001:208)
Dengan : P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

D =    (Arikunto, Suharsimi, 2001:211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
PA =   = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PB =   = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS, observasi aktivitas siswa dan guru, serta tes formatif.

E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:


Dengan : =  Nilai rata-rata
X =  Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasakan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P =
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS
Untuk menghitung lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS digunakan rumus sebagai berikut:


Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
% =   x 100%   dengan

Dimana: % =  Persentase pengamatan
= Rata-rata
=  Jumlah rata-rata
P1 =  Pengamat 1
P2 =  Pengamat 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS dan pengamatan aktivitas siswa danguru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisi tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamtan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan belajar dengan medi charta, model dan LKS dalam meningkatkan rpestasi
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS.

Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi :
Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebgai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 42 soal diperoleh 12 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 41, 42 1, 3, 4, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 33, 34, 35, 40

Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0,576. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 45) dengan r (95%) = 0,294. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 42 soal yang diuji terdapat
19 soal mudah
14 soal sedang
9 soal sukar
Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk memenuhi kemampuan soal dalam membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 12 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 8 soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal, untuk yang tidak baik dibuang. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat validits, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 September 2003 di Kelas II – 2 dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat dibantu oleh seorang guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengajar adalah guru bidang studi. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam  proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Skor Maksimal Ideal 4500
Jumlah Skor Tercapai 3140
Skor Rata-rata 69,78

Keterangan T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 32
Jumlah Siswa yang belum tuntas : 13
Klasikal : Belum Tuntas

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No. Uraian Hasil Siklus I
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 69,78
32
71,11

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,78 dan ketuntasan belajar mencapai 71,11% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembeljaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS.


Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siwa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B.  Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempstan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep
3
C. Penutup
1.   Membimbing siswa membuat rangkuman
2.   Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. guru Antusias

Keterangan :     Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Aktivitas guru dan Siswa pada Siklus I
No. Aktivitas guru yang diamati Persentase

9. Menyampaikan tujuan
Memotivasi iswa/merumuskan masalah /hipotesis
Mengkaitkan dengan pembelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan/melatih menggunakan alat
Membimbing dan mengamati siswa dalam  mengerjakan LKS/menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 5,0

No. Aktivitas siswa yang diamati Persentase

9. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa/mengerjakn LKS
Bekerja dengan menggunakan alat/media
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembeljaran
Mengajukan/Menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan 22,5

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan/melatih menggunakan alat masing-masing sebesar 18,3% dan 13,3%.
Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelssan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan mengerjakan KS yaitu masing-masing 18,8% dan 11,5%.
Pada siklus I, secara garis besar pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS sudah dilsksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.


Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih siklus terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikut.
Guru perlu lebih terampil dalam  memotivasi siswa dan lebih jels dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalamsetiap kegiatan yang akan dilakukan.
Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II
Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana  pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 September 2003 di Kelas II-2 dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat dengan  dibantu oleh seorang guru, sendangkan yang bertindak sebagai pengajar adalah guru bidang studi. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada   siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pda siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamtan (observasi) dilaksanakan bersaman dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Isntrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan

Skor Maksimal Ideal 4500
Jumlah Skor Tercapai 3360
Skor Rata-rata 74,67

Keterangan T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 36
Jumlah Siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal : Belum Tuntas
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No. Uraian Hasil Siklus II
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 74,67
36
80,00

Dari tabel di atas dapat diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,67 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 36 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan  sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini krena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS.


Tabel 4.8. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siwa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B.  Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep

C. Penutup
1.   Membimbing siswa membuat rangkuman
2.   Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2 . guru Antusias

Keterangan :     Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel ditas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran penemuan terbimbing. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnan aspek-aspek di atas dalam penerapan model pembelajaran apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil obsrevasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.9 Aktivitas guru dan Siswa pada Siklus II
No. Aktivitas guru yang diamati Persentase

9. Menyampaikan tujuan
Memotivasi iswa/merumuskan masalah /hipotesis
Mengkaitkan dengan pembelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan/melatih menggunakan alat
Membimbing dan mengamati siswa dalam  mengerjakan LKS/menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 21,6% sedangkan aktifitas menjelaskan/melatih menggunakan alat dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%) dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningaktan adalah mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi/langkah-langkh (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%, dan membimbingsiswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubhan adalah menyampaikan tujuan (6,7%& dan memotivasi siswa (6,7%)
Sedangkan aktivitas untuk  siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan menggunakan alat/media yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%). aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa/emngerjakanLKS (13,1%), menyajikan dan diskusi antar siswa/antara dengan guru 15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainny mengalami penurunan.

Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji ap yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kruang baik dalam proses belajar mengajar dengan peneramapan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang beum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
Berdasarkan data hasil pengamatan diektahui bahwa siswa aktif selama proses belajr berlangsung.
Kekurangan pda siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningaktan sehingga menjadi lebih baik.
Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan

Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran  dengan menggunakan media charta, model dan LKS dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya peenrapan pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing memiliki dampai positif dan menimgkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat darisemakin mantapnya pemahaman siswa siklusI, II, dan III) yaitu masing-masing 71,11%, 80,00%, dan 88,67%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secra klasikal telah tercapai
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas sisa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS dalam setiap siklus mengalami peningaktan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningaktan.
Aktivitas guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam pada pokok bahasa salingketergantungan antara makhluk hidup dengan model pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS yang paling domunan adalah beekrja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dpat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan penemuan konsep memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (71,11%), siklus II (80,00%) siklus III (88,64%).
2. Penerapan belajar dengan media charta, model dan LKS mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran dengan menggunakan media charta, model dan LKS sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan model penemuan konsep memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan model penemuan konsep dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dalam kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan ……. Tahun pelajaran 2003/2004
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunta, Suharsimi 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineksa Cipta.
Azhar. Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research. Jilid I. Yogyakarta: YP. Fak Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes Surabaya ; Universitas Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Sardiman, AM. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, suatu Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosdakarya.
Usman. Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dapatkan file secara lengkap berupa pengaturan, gambar, tabel dan lain-lain dalam format microsoft word (.doc) pada link dibawah ini !!

Comments